Febby melirik
jam tangannya dengan raut muka cemas. Sejak jam tujuh pagi, ia hanya
mondar-mandir menanti kedatangan Andra. Sesekali mengintip ruas jalan dari
depan pintu gerbang, lalu kembali lagi ke ruang tamu, dan begitu seterusnya
sampai matahari benar-benar berada di atas pusarannya.
“Maaf sayang,
tadi di jalan ada kecelakaan, jadi macet…”
“Halah alasan!!!”
“Oke. Oke. Kalau
sayang nggak percaya nggak apa-apa.” Ia menarik kursi, mendekati Fecbby.
“Sayang ada apa?”
Matanya
berkaca-kaca, “Gue hamil Draaa…”
“Hamil? Nggak
mungkin! Kemarin gue nggak ngapa-ngapain.”
“Tapi Draaa…”
Isak tangisnya
semakin menjadi sambil meremas perut yang masih terlihat kecil.
“Gugurkan
saja!!!”
“Brengsek loe
Dra!” Sorot matanya tajam menusuk.
“Udah loe periksakan?”
Febby menggeleng.
“Setelah gue
makan cokelat dan tertidur di mobilmu kemarin, perutku jadi mual dan
muntah-muntah terus, Dra.”
“Hahhahaaa Loe
ini polos banget sih beib...”
Febby mengernyit
tak mengerti.
“Sayang, sayang.
Kau hanya kebanyakan makan cokelat di hari special
date kemarin. Maaf ya, udah membuatmu begini. Seharusnya untuk menyatakan
sayang nggak perlu dengan cokelat…”
Katanya sambil
merengkuh tubuhnya.
“Gue terlalu
sayang sama loe Dra, jadi semua cokelat yang loe berikan habis dalam waktu
semalam.”
“Iya, iya, gue
juga sayang banget sama loe, I love you sayang…”
Febby memeluknya
erat sambil menggangguk tenang di lingkaran lehernya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar