red a letter |
Sudah lebih dari enam bulan
ini, Tata mendapat teror pemiscall gelap. Tiap detik, tiap menit, tiap tangan
ini berganti posisi, handphone-nya selalu berbunyi. “Cemen banget ni orang!”
umpatnya kesal sambil membanting handphone-nya ke atas kasur lalu
meninggalkannya dalam pembaringan.
Seperti biasa, dia berangkat
ke kampus dengan segala rutinitas anak kampus semester akhir. Berjelajah perpus
mencari referensi untuk tesisnya. Semenjak teror itu, dia tak pernah lagi
membawa handphone pemberian Bowo sang mantan kekasihnya.
Sayup-sayup radiasi sinar matahari
mulai mengempis, bersembunyi di balik gunung Merapi barat kota Solo. Setelah
turun dari bus Batik Solo Trans langkah kakinya berbelok ke sebuah kantor kecil
dengan tower menjulang tinggi di sampingnya.
“Sore mbak Tata,” sapa anak
magang yang bernama Dewi dari lobi. Tata hanya membalasnya dengan senyuman.
“Tadi ada yang nyariin
mbak!” teriak Dewi setelah mengetahui Tata tidak mampir ke lobi seperti
biasanya.
“Siapa dek?” tanya Tata penasaran
sambil mendekati lobi.
“Perempuan cantik mbak,”jawabnya
polos.
“Ta! Sudah jam lima waktunya
kau On Air.”Suara Miko dari arah berlawanan membatalkan sederet pertanyaan perihal
perempuan cantik itu.
“Tadi ada titipan mbak, saya
taruh loker ya!” terang Dewi keras setelah melihat Tata buru-buru meninggalkannya.
“Yaa…,” jawab Tata sambil
berlari kecil meninggalkannya.
Jam delapan malam Tata
sampai kostnya, didapatinya handphone yang telah ditelantarkan dan sepucuk
surat tanpa nama yang diambilnya dari loker sebelum dia benar-benar
meninggalkan kantor.
Mbak…bukan
maksud saya untuk menggangu kenyamanan hidup mbak Tata. Saya hanya ingin mbak
menikah dengan suami saya. Saya ingin suami saya hidup bahagia. Namun bukan
dengan saya,karena sampai kapan pun saya tidak bisa memberi kebahagiaan
untuknya. Maaf, atas segala keegoisan saya telah merebut mas Bowo dari sisi
mbak. Ini mungkin karma buat saya. Saya ingin mas Bowo hidup bahagia bersama
mbak Tata dan hasil buah cinta kalian (momongan).Terimakasih.
Tangannya gemetar sambil
menggeleng tak percaya. Lambat laun isak tangisnya pecah dan hanyut dalam
kesedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar