Jumat, 04 April 2014

Dady=ayah (ku)



Terekam jelas,, sisa-sisa cerita tujuh tahun yang lalu.. tepatnya 5-4-2007.
Dan detik #5_april ini, aku ingin mengenangnya, menggambarkannya dalam sketsa singkat di lembaran ini. Tujuh tahun yang tak pernah terlupa, entah sampai kapan. Mungkin sampai detak jantung dan desah nafas ini tiada lagi. Mati.

Dia-lah ayahku. Setiap detik dan menit, aku hanya bisa berharap semoga beliau tenang dan bahagia di sisi Allah swt. Aamiin…
Itu semua sudah menjadi skenario-Nya, tak perlu disesali, disedihi, atau dijadikan pelemah dalam hidup. Tapi jujur, aku merindukannya ya Allah… :*
Saat itu, tanpa merasa aneh, aku berpamitan ama ayah sebelum berangkat sekolah. Aku lihat ayah masih seger buger. aku mencium tangannya yang kasar tapi begitu hangat. Waktu itu jatuh di bulan april, ya bulan Ujian Sekolah untuk anak-anak SMA kelas 3. Itulah terakhir kalinya, aku melihat mata ayah berkedip, cium hangat tangannya, dan … suaranya. Aku rindu itu semua ya Allah… :(
Seperti hari sebelumnya, Ujian terlihat tenang. Begitu juga diriku saat itu, sibuk membolak-balikkan soal ujian yang sedikit mengalami kesulitan. Kalau tidak lupa saat itu ujian PPKn atau sosiologi, yang jelas aku mengaku lupa tentang mata pelajaran saat itu. Tapi tidak lupa untuk senyum ayah. :*
Sekitar pukul sembilanan, terasa ada yang ganjil. Wali kelas kesayanganku mendekatiku yang sedang duduk di barisan empat dari depan. Sambil pasang wajah terkejut, sang guru mengatakan kalau ayah sakit. Sakit apa coba? Pagi tadi ayah masih sehat wal afiat. Lagian ayah tidak punya riwayat penyakit. Sakit pun paling masuk angin, kalau sudah dikeroki, angin udah kabur, sembuh deh. Ada yang aneh! Pikirku dalam hati.
“Gimana, mau pulang atau lanjut?” tanya ibu faizah, wali kelas yang baik hati dan tidak sombong.
“Lanjut saja bu, bentar lagi selesai”, jawabku ragu sambil meneteskan air mata.
Ibu cantik itu masih berdiri di sampingku. Melihat air mataku yang terus saja mengalir tanpa henti. “Nanti ikut ujian susulan gpp”, ucap guru berkerudung itu seolah-seolah membujukku supaya segera pulang.
Aku mengangguk ringan lalu meninggalkan ruangan bersama kegelisahan. Mungkin sebagian temanku yang berada di ruang sebelah sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika aku keluar, mereka langsung gaduh.
Ada tetanggaku yang sudah menunggu di atas motornya. Aku semakin dibuatnya bingung, cerita konyol apa ini!? “Bapak sakit apa mas?” tanyaku kepadanya.
“Ya, nanti dilihat dulu..” mungkin jawabannya seperti itu. Suaranya yang sengaja dibuat lirih semakin membuatku bingung.
Aku terdiam selama perjalanan, sambil mengira-ira, “ayah sakit apa ya?”
Tepat, ketika sampai di belokan arah ke rumah, kursi panjang berada di tengah jalan. Kalau ada tanda seperti itu biasanya sedang ada perbaikan jalan atau ada orang hajatan. Ah! Pikiranku semakin kacau. Motor terus melaju, dan apa yang terjadi memang terjadi. Suara lantunan doa terdengar, banyak orang yang berkerumunan di depan rumah. Dan… aku melihat ayah tertidur pulas di atas dipan. Ayah tak lagi mengenalku. Ayah tak lagi mampu tersenyum atau bahkan memandangku. Sehelai kain telah menutupi sekujur tubuhnya yang kecil.
… Dan aku tak tau lagi harus berkata apa saat itu. Aku melihat ibu menangis tanpa henti. Ibu meronta-ronta menahan duka dan sedihnya yang amat dalam. Adikku yang saat itu masih sekolah, belum sampai. Setelah si adik datang, ia pun tak kalah sedih. Semua kacau balau saat itu!!! Aku tak bisa menggambarkan betapa perihnya semua tubuh ini saat itu. Hancur lebur!!!
Singkat cerita, ayah jatuh di beranda rumah. Beliau dilarikan ke puskesmas terdekat tapi tidak tertolong. Ibu yang saat itu kerja juga tak tau sebab musababnya. Tuhan sudah merencanakan itu semua sebelumnya, biarlah hari ini dan juga hari esok, selalu Tuhan yang merencanakannya. Dia-lah Tuhan, Allah swt yang tiada sekutu bagi-Nya.
Bla-bla-bla ……. Itu cerita duka saat itu!
Ayah, aku harap kau tenang di sana. Allah maha Pengasih, Penyayang, dan Pemurah. Maafin semua kesalahan dan kekhilafan ayahku ya Allah…. 

….
Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
….
Kalau pengen lihat wajah ayahku, lihat aja bapak Amien Rais. Mirip bingiitt lhoo… senyumnya, matanya, bentuk kepalanya, dan tinggi badannya. Ya begitulah beliau… kalau liat pak Amien di Tv, kadang suka nangis sendiri. Hehe #cengeng ya.
Sayang, ga ada foto ayah. Ada, tpi udah pada luntur. Huhuhuuu…

“I believe God has a wonderful plan after it all, the father... Aamiin ya Rabbal allamiin
I LOVE U DAD!!! Muach muaaccchhh :* :*

Your daughter, Dad
Zulaikhah^^ 

Tidak ada komentar: