Terekam jelas,, sisa-sisa cerita tujuh tahun yang lalu.. tepatnya 5-4-2007.
Dan detik #5_april ini, aku ingin mengenangnya,
menggambarkannya dalam sketsa singkat di lembaran ini. Tujuh tahun yang tak
pernah terlupa, entah sampai kapan. Mungkin sampai detak jantung dan desah
nafas ini tiada lagi. Mati.
Dia-lah ayahku. Setiap detik dan menit, aku hanya bisa berharap
semoga beliau tenang dan bahagia di sisi Allah swt. Aamiin…
Itu semua sudah menjadi skenario-Nya,
tak perlu disesali, disedihi, atau dijadikan pelemah dalam hidup. Tapi jujur,
aku merindukannya ya Allah… :*
Saat itu, tanpa
merasa aneh, aku berpamitan ama ayah sebelum berangkat sekolah. Aku lihat ayah
masih seger buger. aku mencium tangannya yang kasar tapi begitu hangat. Waktu itu jatuh di bulan april, ya bulan Ujian
Sekolah untuk anak-anak SMA kelas 3. Itulah terakhir kalinya, aku melihat mata
ayah berkedip, cium hangat tangannya, dan … suaranya. Aku rindu itu semua ya
Allah… :(
Seperti hari sebelumnya, Ujian
terlihat tenang. Begitu juga diriku saat itu, sibuk membolak-balikkan soal
ujian yang sedikit mengalami kesulitan. Kalau tidak lupa saat itu ujian PPKn
atau sosiologi, yang jelas aku mengaku lupa tentang mata pelajaran saat itu.
Tapi tidak lupa untuk senyum ayah. :*
Sekitar pukul sembilanan, terasa
ada yang ganjil. Wali kelas kesayanganku mendekatiku yang sedang duduk di
barisan empat dari depan. Sambil pasang wajah terkejut, sang guru mengatakan
kalau ayah sakit. Sakit apa coba? Pagi tadi ayah masih sehat wal afiat. Lagian ayah tidak
punya riwayat penyakit. Sakit pun paling masuk angin, kalau sudah dikeroki, angin
udah kabur, sembuh deh. Ada yang aneh! Pikirku dalam hati.
“Gimana, mau pulang atau lanjut?”
tanya ibu faizah, wali kelas yang baik hati dan tidak sombong.
“Lanjut saja bu, bentar lagi
selesai”, jawabku ragu sambil meneteskan air mata.
Ibu cantik itu masih berdiri di
sampingku. Melihat air mataku yang terus saja mengalir tanpa henti. “Nanti ikut
ujian susulan gpp”, ucap guru berkerudung itu seolah-seolah membujukku supaya
segera pulang.
Aku mengangguk ringan lalu
meninggalkan ruangan bersama kegelisahan. Mungkin sebagian temanku yang berada
di ruang sebelah sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika aku keluar,
mereka langsung gaduh.
Ada tetanggaku yang sudah
menunggu di atas motornya. Aku semakin dibuatnya bingung, cerita konyol apa
ini!? “Bapak sakit apa mas?” tanyaku kepadanya.
“Ya, nanti dilihat dulu..”
mungkin jawabannya seperti itu. Suaranya yang sengaja dibuat lirih semakin
membuatku bingung.
Aku terdiam selama perjalanan,
sambil mengira-ira, “ayah sakit apa ya?”
Tepat, ketika sampai di belokan
arah ke rumah, kursi panjang berada di tengah jalan. Kalau ada tanda seperti
itu biasanya sedang ada perbaikan jalan atau ada orang hajatan. Ah! Pikiranku
semakin kacau. Motor terus melaju, dan apa yang terjadi memang terjadi. Suara
lantunan doa terdengar, banyak orang yang berkerumunan di depan rumah. Dan… aku
melihat ayah tertidur pulas di atas dipan. Ayah tak lagi mengenalku. Ayah tak
lagi mampu tersenyum atau bahkan memandangku. Sehelai kain telah menutupi
sekujur tubuhnya yang kecil.
… Dan aku tak tau lagi harus
berkata apa saat itu. Aku melihat ibu menangis tanpa henti. Ibu meronta-ronta
menahan duka dan sedihnya yang amat dalam. Adikku yang saat itu masih sekolah,
belum sampai. Setelah si adik datang, ia pun tak kalah sedih. Semua kacau balau
saat itu!!! Aku tak bisa menggambarkan betapa perihnya semua tubuh ini saat
itu. Hancur lebur!!!
Singkat cerita, ayah jatuh di
beranda rumah. Beliau dilarikan ke puskesmas terdekat tapi tidak tertolong. Ibu
yang saat itu kerja juga tak tau sebab musababnya. Tuhan sudah merencanakan
itu semua sebelumnya, biarlah hari ini dan juga hari esok, selalu Tuhan yang merencanakannya. Dia-lah Tuhan, Allah swt yang tiada sekutu bagi-Nya.
Bla-bla-bla ……. Itu cerita duka
saat itu!
Ayah, aku harap kau tenang di
sana. Allah maha Pengasih, Penyayang, dan Pemurah. Maafin semua kesalahan dan kekhilafan ayahku ya
Allah….
….
Tuhan tolonglah sampaikan
Sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji
Tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya
Ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuhi maumu
….
Kalau pengen lihat wajah ayahku, lihat aja bapak Amien Rais. Mirip
bingiitt lhoo… senyumnya, matanya, bentuk kepalanya, dan tinggi badannya. Ya
begitulah beliau… kalau liat pak Amien di Tv, kadang suka nangis sendiri. Hehe #cengeng
ya.
Sayang, ga ada foto ayah. Ada, tpi udah pada luntur. Huhuhuuu…
“I believe God has a wonderful plan after it all, the father... Aamiin ya Rabbal allamiin
I
LOVE U DAD!!! Muach muaaccchhh :* :*
Your daughter, Dad
Zulaikhah^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar